Thursday, November 30, 2017

PERNYATAAN SIKAP TERBUKA SONAMAPPA


KALAU BUKAN TERORIS, STOP TEROR  KAMI.
Setelah penangkapan Riky Karel Yakarmelena, Aktivis SONAMAPPA, pada (Kamis /23 November 2017)  jam 17:00 WP di dalam rumahnya di Polimak II, Jayapura-Papua oleh Aparat Kepolisian Republik Indonesia-Resort Jayapura Selatan. Kini giliran Ketua Umum SONAMAPPA. Ketua Umum SONAMAPPA yang juga Ketua Departemen Organisasi dan Kaderisasi Mahasiswa Univeristas Negeri (UNCEN) Papua. Bedanya, Ketua Umum SONAMAPPA bukan di tahan polisi, tapi di hadang dan di keroyok oleh orang yang tak dikenal. yang menurut kami adalah “orang terlatih”.

Insiden penghadangan dan pengroyokan tersebut terjadi pada  pagi hari (Rabu 29/ November 2017/ Jam 03:10).


Penghadangan yang disusul pengroyokan terhadap orang nomor satu di SONAMAPPA ini, kami duga dilakukan oleh oknum-oknum yang tidak senang dengan aktivitas Politik dari Pimpinan kami di SONAMAPPA dan juga aktivitasnya sebagai Aktivis Mahasiswa dikampus yang lantang mengkritisi kebijakan Pemerintah Daerah Papua dan Pusat yang dipraktekan di Papua. Kritik tersebut dilakukan melalui forum-forum ilmiah dan non ilmiah, seperti demonstrasi massa.

Contohnya aksi massa adalah pada (Kamis/23November 2017) baru-baru ini, bersama degan Paskalis Boma, Presiden Mahasiswa UNCEN dan Samuel Womsiwor, Ketua Deperteman Hukum dan HAM  Mahasiswa UNCEN, mengorganisir aksi massa ke DPRP-Papua, menuntut PT. Freeport Indonesia segera di TUTUP.

Dari aktivisnya itu, terutama Aksi TUTUP Freeport, kami anggota SONAMAPPA menduga kuat sebagai efek balik terjadinya penghadangan dan pengroyokan. Karena sehari setelah aksi TUTUP Freeport,  Pimpinan kami dan Paskalis Boma, serta Samuel Womsiwor dicari di secretariat KABESMA UNCEN , Perumnas III Waena, oleh orang tak dikenal dengan menggunakan mobil yang sama dengan, yang digunakan ketika insiden penghadangan dan pengroyokan terjadi. Informasi ini kami dapat langsung dari Paskalis Boma.

Penghadangan dan pengroyokan ini, seperti yang telah kami sampaikan diatas bahwa insiden ini dilakukan oleh orang terlatih. Karena Plat Mobil yang digunakan dilepas. Siapa yang tahu cara ini? tidak tidak lain, tidak bukan adalah orang-orang yang terlatih. Dan biasanya, orang-orang yang terlatih untuk melakukan hal ini adalah aparat keamanan.

Seperti yang pernah terjadi di Keluraan Imbi-Jayapura Utara-Kota Jayapura. Ketika empat orang anggota Polisi yang hampir dikeroyok oleh warga, karena melepaskan tembakan sebanyak tiga (3) kali untuk menembak adik kandung Rambo Wenda, Kalvin Wenda, pada pagi subuh di dalam lingkungan masyarakat sipil di Dok IX.  

Ke empat orang anggota Polisi ini menggunakan mobil zuzuki warna abu-abu yang plat mobilnya tidak sesuai dengan surat-surat mobil. Alias DS Mobil yang asli dilepas dan disimpan didalam mobil lalu diganti dengan yang entah dicopot atau diambil darimana lalu dipasang untuk digunakan. Hal ini dapat diketahui karena warga yang marah menahan mobil tersebut lalu melakukan penggeledaan. Saya sendiri ada disitu dan juga yang memerintahkan untuk mobil itu ditahan sampai aparat kepolisian dari POLDA Papua datang.

Dari penggeledaan tersebut ditemukan DS mobil yang ketika dicocokan tidak sama seperti yang dipasang di mobil. Tapi sesuai dengan yang tertulis pada surat kendaraan yang digunakan.

Erat-terkait dengan peristiwa yang disinggung diatas dan penangkapan kawan kami, Riky Karel Yakarmelena yang dilakukan oleh aparat Kepolisian Daerah Papua-Resort Jayapura Selatan yang tidak sesuai dengan prosudural Kepolisian. Maka kami menduga bahwa pengroyokan terhadap Kristian Alberth. C. Pepuho yang tidak lain adalah Ketua Umum kami, SONAMAPPA dilakukan oleh aparat keamanan Republik Indonesia sebagai aksi teror.

Mengapa sebagai anggota SONAMAPPA, kami mengatakan ini sebagai aksi teror terhadap SONAMAPPA? Karena disaat pernyataan sikap terbuka ini, kami buat (Kamis/30 November/2017). Juru Bicara kami, Arnaldo Guntur Fonataba, didatangi 2 orang tamu yang tak diudang. Yang menurut penyampaian dari Tantanya (adik perempuan dari bapaknya) yang waktu itu ada dirumah. Bahwa kedua tamu tak diundang itu memperkenalkan diri sebagai anggota kepolisian dari Resort Kota Jayapura, bagian intelkam.

Kedatangan kedua anggota intel kepolisian Indonesia itu, karena (kata kedua intel tersebut) bahwa ada informasi dari informen mereka. Bahwa Juru Bicara SONAMAPPA yang gemar mempublis berita sekitar Perjuangan Papua Merdeka, juga isi pikirannya-mengkritisi keberadaan Indonesia di Bumi Cendrawasi akan mengibarkan Bendera Bintang Fajar pada (Jum’at/1/12/2017). Benar atau tidak kita lihat saja nanti. Intinya kami SONAMAPPA akan melakukan aksi untuk memperingati hari kemerdekaan Bangsa Papua, pada (1/Desember/2017). Tapi bukan seperti yang sangkakan  oleh dua (2) pencari informasi dari Polres Kota Jayapura itu.

Untuk itu, kami anggota SONAMAPPA meminta kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia. Terutama aparat keamanan Republik Indonesia yang bertugas di Papua yang kami sebut sebagai orang terlatih itu. Agar berhenti melakukan aksi teror terhadap kami aktivis SONAMAPPA dan juga aktivis mahasiswa dan sipil lainya yang memperjuangkan Hak Politik Rakyat dan Bangsa Papua.Yakni Penentuan Nasib Sendiri. Itupun kalau aparat keamanan Republik Indonesia di Papua merasa dirinya bukan bagian dari jaringan terorisme. Tapi kalau aparat kepolisian Indonesia di Papua adalah jaringan terorisme. Maka silakan melanjutkan aksi teror tersebut, karenea teroris saja yang biasanya melakukan aksi teror-meneror. Sementara kami akan menikmatinya sebagai bagian dari resiko revolusi bangsa Papua. #Revolusi Belum Selesai-Lawan Atau Punah

Port-Numbay, 30 November 2017
Hormat Kami,
Aktivis dan anggota SONAMAPPA





No comments:

Post a Comment