Setelah penangkapan Riky Karel Yakarmelena, Aktivis SONAMAPPA,
pada (Kamis /23 November 2017) jam 17:00
WP di dalam rumahnya di Polimak II, Jayapura-Papua oleh Aparat Kepolisian Republik
Indonesia-Resort Jayapura Selatan. Kini giliran Ketua Umum SONAMAPPA. Ketua
Umum SONAMAPPA yang juga Ketua Departemen Organisasi dan Kaderisasi Mahasiswa
Univeristas Negeri (UNCEN) Papua. Bedanya, Ketua Umum SONAMAPPA bukan di tahan
polisi, tapi di hadang dan di keroyok oleh orang yang tak dikenal. yang menurut
kami adalah “orang terlatih”.
Insiden penghadangan dan pengroyokan tersebut
terjadi pada pagi hari (Rabu 29/
November 2017/ Jam 03:10).
Penghadangan yang disusul pengroyokan terhadap orang
nomor satu di SONAMAPPA ini, kami duga dilakukan oleh oknum-oknum yang tidak
senang dengan aktivitas Politik dari Pimpinan kami di SONAMAPPA dan juga aktivitasnya
sebagai Aktivis Mahasiswa dikampus yang lantang mengkritisi kebijakan Pemerintah
Daerah Papua dan Pusat yang dipraktekan di Papua. Kritik tersebut dilakukan
melalui forum-forum ilmiah dan non ilmiah, seperti demonstrasi massa.
Contohnya aksi massa adalah pada (Kamis/23November
2017) baru-baru ini, bersama degan Paskalis Boma, Presiden Mahasiswa UNCEN dan
Samuel Womsiwor, Ketua Deperteman Hukum dan HAM Mahasiswa UNCEN, mengorganisir aksi massa ke
DPRP-Papua, menuntut PT. Freeport Indonesia segera di TUTUP.
Dari aktivisnya itu, terutama Aksi TUTUP Freeport, kami
anggota SONAMAPPA menduga kuat sebagai efek balik terjadinya penghadangan dan
pengroyokan. Karena sehari setelah aksi TUTUP Freeport, Pimpinan kami dan Paskalis Boma, serta Samuel
Womsiwor dicari di secretariat KABESMA UNCEN , Perumnas III Waena, oleh orang
tak dikenal dengan menggunakan mobil yang sama dengan, yang digunakan ketika
insiden penghadangan dan pengroyokan terjadi. Informasi ini kami dapat langsung
dari Paskalis Boma.
Penghadangan dan pengroyokan ini, seperti yang telah
kami sampaikan diatas bahwa insiden ini dilakukan oleh orang terlatih. Karena
Plat Mobil yang digunakan dilepas. Siapa yang tahu cara ini? tidak tidak lain,
tidak bukan adalah orang-orang yang terlatih. Dan biasanya, orang-orang yang
terlatih untuk melakukan hal ini adalah aparat keamanan.
Seperti yang pernah terjadi di Keluraan
Imbi-Jayapura Utara-Kota Jayapura. Ketika empat orang anggota Polisi yang
hampir dikeroyok oleh warga, karena melepaskan tembakan sebanyak tiga (3) kali untuk
menembak adik kandung Rambo Wenda, Kalvin Wenda, pada pagi subuh di dalam
lingkungan masyarakat sipil di Dok IX.
Ke empat orang anggota Polisi ini menggunakan mobil
zuzuki warna abu-abu yang plat mobilnya tidak sesuai dengan surat-surat mobil.
Alias DS Mobil yang asli dilepas dan disimpan didalam mobil lalu diganti dengan
yang entah dicopot atau diambil darimana lalu dipasang untuk digunakan. Hal ini
dapat diketahui karena warga yang marah menahan mobil tersebut lalu melakukan
penggeledaan. Saya sendiri ada disitu dan juga yang memerintahkan untuk mobil
itu ditahan sampai aparat kepolisian dari POLDA Papua datang.
Dari penggeledaan tersebut ditemukan DS mobil yang
ketika dicocokan tidak sama seperti yang dipasang di mobil. Tapi sesuai dengan
yang tertulis pada surat kendaraan yang digunakan.
Erat-terkait dengan peristiwa yang disinggung diatas
dan penangkapan kawan kami, Riky Karel Yakarmelena yang dilakukan oleh aparat
Kepolisian Daerah Papua-Resort Jayapura Selatan yang tidak sesuai dengan
prosudural Kepolisian. Maka kami menduga bahwa pengroyokan terhadap Kristian Alberth.
C. Pepuho yang tidak lain adalah Ketua Umum kami, SONAMAPPA dilakukan oleh
aparat keamanan Republik Indonesia sebagai aksi teror.
Mengapa sebagai anggota SONAMAPPA, kami mengatakan
ini sebagai aksi teror terhadap SONAMAPPA? Karena disaat pernyataan sikap
terbuka ini, kami buat (Kamis/30 November/2017). Juru Bicara kami, Arnaldo
Guntur Fonataba, didatangi 2 orang tamu yang tak diudang. Yang menurut
penyampaian dari Tantanya (adik perempuan dari bapaknya) yang waktu itu ada
dirumah. Bahwa kedua tamu tak diundang itu memperkenalkan diri sebagai anggota
kepolisian dari Resort Kota Jayapura, bagian intelkam.
Kedatangan kedua anggota intel kepolisian Indonesia
itu, karena (kata kedua intel tersebut) bahwa ada informasi dari informen
mereka. Bahwa Juru Bicara SONAMAPPA yang gemar mempublis berita sekitar
Perjuangan Papua Merdeka, juga isi pikirannya-mengkritisi keberadaan Indonesia
di Bumi Cendrawasi akan mengibarkan Bendera Bintang Fajar pada
(Jum’at/1/12/2017). Benar atau tidak kita lihat saja nanti. Intinya kami
SONAMAPPA akan melakukan aksi untuk memperingati hari kemerdekaan Bangsa Papua,
pada (1/Desember/2017). Tapi bukan seperti yang sangkakan oleh dua (2) pencari informasi dari Polres
Kota Jayapura itu.
Untuk itu, kami anggota SONAMAPPA meminta kepada
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Terutama aparat keamanan Republik Indonesia
yang bertugas di Papua yang kami sebut sebagai orang terlatih itu. Agar
berhenti melakukan aksi teror terhadap kami aktivis SONAMAPPA dan juga aktivis
mahasiswa dan sipil lainya yang memperjuangkan Hak Politik Rakyat dan Bangsa
Papua.Yakni Penentuan Nasib Sendiri. Itupun kalau aparat keamanan Republik
Indonesia di Papua merasa dirinya bukan bagian dari jaringan terorisme. Tapi
kalau aparat kepolisian Indonesia di Papua adalah jaringan terorisme. Maka
silakan melanjutkan aksi teror tersebut, karenea teroris saja yang biasanya
melakukan aksi teror-meneror. Sementara kami akan menikmatinya sebagai bagian
dari resiko revolusi bangsa Papua. #Revolusi
Belum Selesai-Lawan Atau Punah
Port-Numbay, 30 November 2017
Hormat Kami,
Aktivis dan anggota SONAMAPPA
No comments:
Post a Comment