Thursday, December 7, 2017

MENUNTUT KEADILAN ATAS KESEWENANGAN TUHAN

Saya percayah bahwa hal ini masih menjadi takdir-Mu Tuhan. Walau dunia sains dan teknologi terus mengalami perubahan yang revolusioner. Bukan evolusioner lagi.  Hal itu membuat segalah sesuatu yang terjadi diluar kemampuan manusia mulai dirasionalkan. Terbentuknya Alam Semesta dan Manusia sebagai ciptaan dari-Mu. Mulai diragukan oleh kami yang Engkau Ciptakan menurut gambar dan rupa-Mu.

Dan melalui perkembangan sains dan teknologi. Manusia mencoba memecahkan teka-teki dari Alam Semesta berdasarkan kajian Kosmologi yang diketahui dalam Bahasa Indonesia sebagai Ledakan Dahsyat atau Dentuman Besar (Big Bang). 

Sementara dengan teori Evolusi. Asal-muasal manusia coba dijelaskan oleh manusia. Itulah buah dari dunia sains dan teknologi yang dikembangkan oleh manusia. Guna memecahkan teka-teki-Mu atas Bumi dan Manusia yang Engkau Ciptakan. Engkau tahu itu karena Engkau adalah Tuhan yang Maha tahu. Tapi Engkau pura-pura tuli dan buta.


Pula Engkau tahu bahwa dengan kemajuan sains dan teknologi. Seorang dokter kandungan dapat memastikan; bulan apa seorang ibu akan melahirkan bayinya, berdasarkan hasil USG. Pula seorang dokter dapat memvonis sisa waktu hidup pasiennya.  contoh seorang perempuan yang ketika didiagnosa terkena kanker stadium lanjut, akan divonis tinggal menghitung bulan . Itulah perkembangan sains dan teknologi yang diupayakan oleh manusia. Serta pula oleh sains dan teknologi, manusia mulai menerka-nerka kiamatnya Bumi yang kita huni. sekali lagi. Engkau tahu itu, karena Engkau adalah Tuhan. Maha tahu. Namu sekali lagi, Engkau pura-pura tuli dan buta.

Kepura-puraan-Mu itu, saya pahami sebagai realisasi dari sifat-Mu yang panjang sabar. Guna memberi waktu kepada manusia untuk sadar. Bahwa  sesungguhnya kemajuan yang diciptakan manusia tidak dapat menentukan hari, tanggal, serta waktu, kapan lahir dan matinya manusia. Juga kiamatnya Bumi. Sebabnya tanggal lahir dan matinya manusia serta kiamatnya Bumi adalah takdir-Mu. Itu saya Imani.

Dan hari ini. Hari dimana 30 tahun yang lalu saya ditakdirkan dengan sewenang-wenang oleh Engkau. Hadir di Bumi sebagai manusia. Bukan binatang.

Maka sebagai manusia. Bukan binatang. Patutlah saya, di hari ini, berterima kasih kepada-Mu Tuhan. Yang telah mentakdirkan saya, ada Bumi yang Engkau ciptakan. Juga kepada “Adam dan Hawa” yang Engkau percayakan sebagai orang tua biologis untuk saya.

Untuk itu, tidak ada kata terbaik di hari ini untuk menggambarkan ungkapan syukur saya di hari ini. selain thank’s bagi-Mu Tuhan. Juga Bapa dan Mama. Karena di hari ini saya bertambah satu tahun. Berkat kerja sama kalian bertiga.

Tetapi bagi-Mu Tuhan yang dengan sewenang-wenang telah menentukan tanggal lahir saya. Yang membuat hari ini saya patut bersyukur dan berterima kasih kepada-Mu. Bukan kepada para ilmuan yang telah dapat menentukan bulan lahir manusia secara normal melalui revolusi sains dan teknologi. Tetapi tidak dapat menentukan waktu dan tanggal lahir manusia, menuntut-Mu.

Saya menuntut-Mu di hari ini. Karena hari ini, hari dimana Engkau dengan sewenang-wenangnya mentakdirkan saya hadir di Bumi sebagai seorang Papua untuk mendiami wilayah yang dijuluki Sorga kecil. Tetapi sampai sekarang ini, saya tidak merasakan nikmatnya Sorga itu. Juga orang tua-orang dari saudara saya yang ditembak mati oleh aparat keamanan pada (8/Desember 2014) di Kabupaten Pania-Propinsi Papua.

Dan tuntutan saya hari ini, tidak sebanyak 10 hukum-Mu yang Engkau perintahkan agar saya patuhi dan laksanakan sebagai ciptaan-Mu yang Engkau takdirkan 30 tahun yang lalu untuk hadir sebagai manusia. Bukan binatang diatas Tanah ini.

Tuntutan saya kepada-Mu hanya satu kata: KEADILAN-Mu. Bukan Kasih-Mu yang panjag sabar itu. Sekali lagi hanyalah KEADILAN-Mu yang saya tuntut kepada-Mu Ya Tuhanku. Tunjukanlah KEADIALAN-Mu atas KETIDAK ADILAN yang diperbuat oleh Negara Indonesia diatas Tanah ini, selama ini. Terutama kasus Paniani Berdarah (8/Desember/2014) yang belum diselesaikan. Berhentilah berpura-pura seperti orang tuli dan buta atas penderitaan kami, Bangsa Papua. Juga berilah KEADILAN bagi anak saya.

Hanya KEADILAN. Itulah tuntutan saya di hari ini (8/Desemer/2017). Berhentilah untuk tuli dan buta atas ratapan kami.  Atau Engkau akan anggap tidak adil. Kalau kami punah. Titik. 




No comments:

Post a Comment