Friday, March 17, 2017

MAMA, IJINKALAH SAYA MENGHAPUS RASA MALU INI




Oleh, Pilipus Robaha*


Jujur! Ada banyak perempuan yang cantik di dunia. Tetapi perempuan tercantik di dunia bagi anakmu ini hanyalah kamu mama, itu yang pertama. Yang kedua menantumu, istri saya. ke tiga saudara-saudara perempuan saya, dan berikut adalah kamu, yaaaaa kamu perempuan yang membaca tulisan saya ini. Mama! kamu pantas mendapatkan pujian itu, karena tanpa dirimu, saya tidak bisa melihat perempuan-perempuan cantik  yang pernah saya lirik juga yang tercantik kedua yang kini saya cintai, istri saya tentuhnya. Sekali lagi, terimah kasih mama. Separuh kencantikan wajahmu serta separuh kepribadianmu  telah kau wariskan ke saya, lewat darah yang mengalir dalam tubuh saya juga lewat didikanmu. 


Namun belakangan ini saya malu, bukan menyesal dilahirkan olehmu mama, maafkan kelancangan ini. Saya malu karena dilahirkan menjadi anak Serui, itu saja. Kenapa tidak menjadi anak-anak Amerika, Prancis, atau orang-orang di Eropa sana. Atau tetap Papua, tapi tidak dari Serui. Sekali lagi maafkan kelancangan saya ini yang menyakiti kandunganmu mama. Tetapi saya percaya, seandainya mama  mengetahui hal ini diusia muda seperti saya dihari ini, pasti mama akan merasakan apa yang kini anakmu rasakan. Sebab anakmu ini adalah rekarnasi nyata dari dirimu dan suamimu, yang adalah pria terhebat didunia bagi saya dan ke empat saudara saya.

Sekali lagi, maafkan saya mama! Setelah saya mendengar hal yang membuat saya malu, ada pikiran untuk menyangkali kalau saya adalah orang Serui. Dan saya punya alasan untuk mengatakan saya bukan anak Serui. Alasannya ialah; saya tidak makan hasil panen dari kebun atau dari dusun sagu milik keluarga kita di kampung halaman, mama dan bapa. Tapi saya makan dan bertumbuh menjadi dewasa dari susah payah mama dan bapa ditanah rantau, Port Numbay. Namun saya sadar, kalau rasa malu itu tidak bisa merubah darah yang mengalir didalam tubuh saya sebagai anak serui. Darah dari bapa yang berasal dari kampung Ansus dan mama dari Papuma. Dua kampung yang terletak bertetangga di Distrik Yapen Barat-Kabupaten Kepulauan Yapen, Propinsi Papua. 

Rasa malu itu ada dan mulai muncul ketika anakmu mendengar cerita dari sesama orang Papua, tapi bukan dari orang Serui. Meraka mengatakan bahwa “orang Serui yang jual Papua sama Indonesia.” cerita yang memalukan itu kini semakin meninggi seperti dua gunung dimana moyang dari bapa dan mama keluar, Gunung Tata di Marau dan Gunung Karandami di Papuma. Bukan gunung Semeru di Java Island. Ketika saya baca buku “Nasionalisme Ganda Orang Papua” yang ditulis oleh dosen ilmu sejarah Universitas Cendrawasih Papua, ibu Bernada Meteray yang diambil dari disertase doktoralnya. Dalam buku itu saya tau kalau gerekan untuk mempetahankan proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia di bumi Cendrasih dimulai di Yepen dan paling eksis pula. Geraka itu didayangii oleh Sam Ratulangi tahanan politik Belanda dari Java Island yang dibuang ke Papua. Dan bukan itu saja, ketika di daerah-daerah Papua lain, masyarakatnya menolak benderah merah Putih. Tapi di Yapen malah sebaliknya. Di Yapen Serui ada seorang bumi putra dari kampung Woinap menggunakan helicopter  lalu membagi-bagikan benderah merah putih dari atas helicopter. Ketika bendera-bendera itu melayang dan jatuh di Tanah direbut-rebut oleh masyarakat. Yang memalukan lagi ialah organisasi-organisasi milisi Indonesia seperti gerakan merah putih dan perintis kemerdekaan Indonesia yang ada di Papua, dipimpin atau diketuai oleh orang Serui. Sungguh memalukan.

Saya tahu siapa nama mereka yang saya bilang itu, tapi saya akan semakin malu bila menyebutkan nama mereka satu persatu. Sehingga saya tidakmau menambah rasa malu itu dengan menyebutkan nama orang yang membuat, hari ini saya malu menjadi anak Serui.

Tapi apa boleh buat nasi telah menjadi bubur, saya telah dilahirkan menjadi anak mama yang didalam tubuh saya mengalir darah Ansus dan Papuma. Juga seperti yang sudah saya katakan, kalau saya tidak menyesal, tapi hanya malu saja. Oleh sebab itu, mama ijikanlah anakmu ini menghilangkan rasa malu anakmu ini dengan menjadi bagian dari anak-anak revolusi Papua merdeka. Walau hanya menggantung digerobong dengan berteriak LAWAN. Mama dengarkan anakmu ini! Papua merdeka itu pasti, waktunya saja yang misteri. Untuk itu ijinkanlah anakmu menjadi bagian dari mereka yang memecahkan waktu yang misteri itu, sebagai penghilang rasa malu ini. 

Mama hanya itu permintaan anakmu yang keras kepala seperti kerasnya batang pohon sagu didusun milik mama dan bapa yang akan dan mulai terancam rata dengan tanah oleh pembangunan dikabupaten Yapen, yang dilakukan oleh para Bupati disana. Sekali lagi ijinkanlah anakmu ini mama untuk menghilangkan rasa malu itu. Juga demi dusun sagu kita.

Lalu bagaimana denganmu wahai pemuda/I yang berasal dari kepulauan Yapen!? Pulau dimana proklamasi kemerdekaan Indonesia diperjuangkan dan paling eksis di masa perjuangan perebutan Irian barat (Papua) antara Belanda dan Indonesia. Terutama kalian pemuda/I yang makan dan besar dari dusun sagu kepulauan Yapen. Atau rasa malu dan mambri mamuna kalian sudah hilang dijepit dibawah paha putih orang amber? Sehingga walau sector ekonomi di Kabupaten Yapen di kuasai oleh orang amber dan orang “keturunan cina” yang membuat kehidupan ekonomi pribumi di Yapen terjerat penderitaan, namun kalian tetap memilih diam membisu tanpa PERLAWANAN. Bahkan sekarang ini saja, persedian obat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Serui telah habis selam 3 bulan lebih, tetapi tidak ada satu pun Mahasiswa atau Pemudanya asal Serui yang bersuara, termaksud saya. Sungguh sangat lebih memalukan dari cerita orang Serui yang jual tanah Papua. Mama, ijinkanlah saya menghapus rasa malu ini.  SERUI 10 MARET 2017



                                                                                                                                                                                                                   

No comments:

Post a Comment